Header Ads

  • Breaking News

    Nation’s Shield: Garda Yaman di Tengah Persaingan Selatan


    Pasukan Nation’s Shield (Dar’al Watan) muncul sebagai evolusi dari garda republik Yaman yang sebelumnya terbelah menjadi tiga kubu. Pada masa awal konflik, sebagian garda berpihak pada Houthi, sebagian lain mengikuti perlawanan nasional Tarik Saleh, dan sisanya tetap setia kepada Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi. Pembelahan ini mencerminkan kompleksitas politik dan loyalitas militer di Yaman.

    Seiring perubahan politik, kelompok garda yang sebelumnya setia kepada Hadi kemudian bergabung dengan Presidential Leadership Council (PLC). Melalui proses restrukturisasi, kelompok ini diubah menjadi pasukan Nation’s Shield, dengan misi utama menghadapi ancaman Houthi dan menjaga stabilitas di wilayah selatan yang rawan konflik.

    Nation’s Shield awalnya difokuskan di Yaman Selatan, terutama di daerah perbatasan dan wilayah pedalaman Hadramaut dan Mahra. Pasukan ini mendapatkan dukungan Arab Saudi berupa pelatihan, logistik, dan persenjataan ringan hingga menengah. Dukungan eksternal ini membuat mereka menjadi aktor strategis yang mampu menyeimbangkan kekuatan antara kubu pro-STC dan pasukan aliansi lokal.

    Wilayah Hadramaut dan Mahra sendiri menjadi medan persaingan sengit. Pasukan Hadrami yang loyal pada STC dari Mukalla menguasai kota-kota pesisir, sementara pasukan pro-PLC dan Nation’s Shield beroperasi di wilayah pedalaman dan jalur strategis menuju perbatasan. Ketegangan ini menimbulkan risiko benturan langsung antara kedua kubu.

    Dalam banyak kesempatan, Nation’s Shield berperan sebagai penengah sekaligus pengendali. Jika pasukan pro-STC mundur, mereka memiliki kemungkinan untuk menguasai wilayah Hadramaut dan Mahra, menjaga jalur logistik, dan memblokir infiltrasi Houthi. Strategi ini menegaskan peran mereka bukan semata-mata sebagai pasukan tempur, tetapi juga sebagai pengatur keseimbangan politik-militer.

    Evolusi pasukan dari garda Hadi ke Nation’s Shield mencerminkan transformasi militer di Yaman. Garda republik yang dulunya loyal kepada presiden kini menjadi alat politik dan militer yang lebih fleksibel, mampu beradaptasi dengan aliansi baru dan kepentingan regional.

    Pasukan Nation’s Shield secara struktural memiliki beberapa batalion tempur dan unit pengawasan perbatasan. Mereka juga menempatkan tim-tim khusus untuk menghadapi infiltrasi milisi Houthi, sehingga tetap efektif meskipun berada di tengah persaingan antara pasukan lokal pro-STC dan aliansi suku Hadramaut pro-PLC.

    Salah satu keunggulan Nation’s Shield adalah mobilitas dan fleksibilitas. Pasukan ini mampu bergerak cepat ke wilayah yang rentan, mengambil alih posisi strategis, dan menstabilkan daerah yang bisa jatuh ke tangan pihak yang lebih lemah, termasuk pasukan STC yang terdesak.

    Kerja sama dengan PLC memberikan landasan hukum dan legitimasi bagi Nation’s Shield. Hal ini membuat mereka bukan sekadar milisi lokal, tetapi pasukan semi-formal yang diakui sebagai bagian dari struktur pertahanan Yaman Selatan.

    Di sisi lain, STC tetap mempertahankan kontrol kuat di kota-kota utama pesisir. Mukalla, Aden, dan wilayah pelabuhan menjadi pusat administratif dan ekonomi, sehingga meskipun Nation’s Shield memiliki kemampuan operasional di pedalaman, kota-kota strategis tetap berada di bawah pengaruh STC.

    Hadramaut pedalaman sering menjadi titik pertemuan pasukan pro-STC dan Nation’s Shield. Konflik ini jarang bersifat terbuka, lebih banyak berupa manuver politik, pengendalian jalur logistik, dan distribusi bantuan untuk mendapatkan dukungan warga lokal.

    Mahra menjadi wilayah kunci bagi Nation’s Shield. Stabilitas di provinsi ini memungkinkan pasukan PLC menempatkan pengaruh mereka secara efektif, sambil menjaga hubungan baik dengan koalisi regional, termasuk Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

    Evolusi pasukan ini juga memperlihatkan pergeseran loyalitas. Personel yang dulu setia pada Hadi kini menyesuaikan diri dengan realitas baru di bawah PLC, sementara mereka yang dulu berpihak pada Tarik Saleh berfokus pada operasi anti-Houthi.

    Dalam menghadapi pro-STC, Nation’s Shield menekankan strategi defensif dan stabilisasi wilayah. Mereka cenderung mengamankan kota kecil, jalur transportasi, dan desa-desa yang rawan sebelum mengambil alih wilayah yang lebih luas jika pasukan STC mundur.

    Kehadiran Nation’s Shield di Hadramaut dan Mahra menjadi faktor penyeimbang antara STC dan PLC. Mereka berfungsi sebagai pengatur konflik, sehingga daerah pedalaman tidak sepenuhnya jatuh ke tangan salah satu pihak.

    Dalam jangka panjang, Nation’s Shield juga berpotensi menjadi instrumen politik PLC. Keberhasilan mereka mengendalikan wilayah pedalaman dapat digunakan sebagai leverage dalam negosiasi dengan STC dan pihak lokal lain di Yaman Selatan.

    Kekuatan pasukan ini diperkirakan berkisar 8.000 hingga 12.000 personel, dengan struktur semi-militer yang mencakup batalion tempur, unit pengawasan perbatasan, dan tim anti-Houthi. Kapasitas tempur mereka membuat mereka cukup efektif untuk menghadapi kelompok milisi lokal dan menjaga stabilitas pedalaman.

    Pasukan Nation’s Shield juga sering berperan sebagai penengah dalam sengketa lokal, menengahi persaingan antara suku-suku Hadramaut yang berbeda loyalitas, serta mengatur jalur distribusi bantuan kemanusiaan.

    Secara keseluruhan, keberadaan Nation’s Shield menunjukkan bagaimana restrukturisasi militer di Yaman memungkinkan terciptanya pasukan yang fleksibel, mampu menavigasi persaingan internal, dan tetap fokus pada ancaman Houthi.

    Persaingan antara Nation’s Shield dan pasukan pro-STC mencerminkan kompleksitas multi-face Yaman Selatan, di mana aliansi, pengaruh, dan kontrol wilayah saling bertumpuk dan berubah dinamis.

    Dengan strategi dan dukungan regional, Nation’s Shield kini menjadi aktor kunci di Hadramaut dan Mahra, siap mengambil alih wilayah strategis jika pasukan STC mundur, sekaligus menjaga keseimbangan kekuatan antara PLC, STC di selatan Yaman serta Houthi di utara.

    Nation’s Shield dan Silsilah Garda Republik Yaman

    Pasukan Nation’s Shield saat ini merupakan hasil evolusi panjang dari Yemeni Republican Guard, pasukan elit yang dibentuk pada 1964 sebagai garda pelindung ibu kota Sana’a. Awalnya, garda ini setia kepada rezim republik dan dilatih oleh penasihat Mesir dan Soviet, menjadi simbol kekuatan negara republik yang baru lahir. Mayoritas personelnya direkrut dari provinsi Hajjah dan ‘Amran, dengan struktur komando yang menekankan disiplin dan pendidikan politik melalui komisar politik di setiap batalion, kompi, dan baterai.

    Seiring berjalannya waktu, garda ini menjadi unit paling terlatih dan dilengkapi senjata berat, termasuk brigade lapis baja, infanteri mekanis, dan unit misil strategis. Namun, loyalitas garda mulai terpecah pasca-2011, terutama setelah Revolusi Yaman yang memaksa Presiden Ali Abdullah Saleh mundur. Sebagian anggota garda membelot, sebagian tetap setia pada Saleh, dan sebagian kemudian diintegrasikan ke dalam struktur militer yang dikendalikan Houthi dipimpin Abdul Khaliq Badruddin Al-Houthi (Abu Yunis) sebagai Panglima Garda Republik atau Commander of the Republican Guard (Presidential Reserve).

    Setelah pengambilalihan Sana’a oleh Houthi pada 2014, sebagian besar garda republik beralih ke kontrol Houthi, menjadi inti dari kekuatan tempur mereka. Garda yang berpihak Houthi terlibat aktif dalam pertempuran melawan pasukan pro-pemerintah Saudi dan PLC, sambil mempertahankan wilayah strategis di pusat Yaman. Di sisi lain, pasukan loyalis Saleh, terutama yang dipimpin keponakan Saleh, Tareq Saleh, membentuk National Resistance, berfokus melawan Houthi di wilayah pesisir dan perbatasan.

    Pada periode ini, loyalitas garda republik menjadi tiga kubu utama: satu mendukung Houthi, satu setia pada Tareq Saleh dan perlawanan nasional, dan satu tetap loyal pada Presiden Hadi. Keterpecahan ini menunjukkan bahwa garda republik bukan sekadar pasukan militer, tetapi juga instrumen politik dengan pengaruh besar di Yaman.

    Setelah restrukturisasi oleh Presiden Hadi pada 2012, pasukan loyal Hadi diubah menjadi Presidential Defence Forces, yang kemudian sebagian besar diintegrasikan ke dalam PLC. Dari kelompok ini lahirlah Nation’s Shield, yang mengambil alih fungsi stabilisasi dan perlindungan wilayah selatan, dengan misi utama menghadapi Houthi dan menjaga keseimbangan kekuatan antara STC dan PLC.

    Nation’s Shield beroperasi terutama di Hadramaut pedalaman dan Mahra, wilayah yang strategis karena jalur logistik dan sumber daya lokal. Kehadiran mereka menjadi penting ketika pasukan STC dari Mukalla mempertahankan kota pesisir; jika STC mundur dari pedalaman, Nation’s Shield memiliki kapasitas untuk mengambil alih kendali wilayah.

    Di pedalaman Hadramaut, Nation’s Shield harus menavigasi persaingan antara aliansi suku pro-PLC dan pasukan Hadrami pro-STC. Hal ini memerlukan strategi yang cermat: menjaga hubungan dengan penduduk lokal, mengamankan jalur logistik, dan mengantisipasi manuver militer pro-STC. Peran ini menjadikan Nation’s Shield sebagai pasukan penyeimbang, bukan sekadar unit tempur.

    Evolusi dari garda republik ke Nation’s Shield juga menunjukkan perubahan struktur komando dan strategi. Personel veteran dari garda republik yang bergabung dengan PLC membawa pengalaman tempur dan pengetahuan medan, membuat Nation’s Shield efektif menghadapi Houthi sekaligus mengendalikan persaingan internal di selatan.

    Dalam beberapa operasi, Nation’s Shield mampu mengamankan kota-kota kecil dan jalur strategis sehingga mengurangi risiko benturan antara pro-STC dan pro-PLC. Keberhasilan ini memperkuat posisi PLC di wilayah yang sebelumnya sulit dikendalikan, termasuk pedalaman Hadramaut dan Mahra.

    Secara keseluruhan, Nation’s Shield bukan hanya hasil dari restrukturisasi pasukan loyal Hadi, tetapi juga representasi modern dari garda republik Yaman yang pernah terpecah. Mereka kini menjadi aktor kunci yang menyeimbangkan kepentingan militer, politik, dan lokal di tengah kompleksitas multi-face Yaman Selatan.

    Dalam beberapa aspek Nation’s Shield (Dar’al Watan) bisa dibandingkan dengan Kostrad Indonesia, tapi dengan beberapa perbedaan penting. Berikut penjelasannya:

    1. Fungsi Strategis

    Nation’s Shield berfungsi sebagai pasukan elit yang mampu mengamankan wilayah strategis, terutama Hadramaut pedalaman dan Mahra, serta menjadi penyeimbang antara STC, PLC, dan ancaman Houthi. Kostrad juga memiliki fungsi strategis sebagai pasukan tempur cadangan yang siap ditempatkan di daerah rawan konflik dan krisis nasional.

    2. Struktur Semi-Elit

    Seperti Kostrad, Nation’s Shield memiliki unit tempur terlatih, termasuk batalion mekanis, pasukan khusus, dan unit pengawasan perbatasan. Mereka tidak sebesar keseluruhan TNI, tapi memiliki kemampuan operasi mandiri. Kostrad juga terdiri dari satuan-satuan elite yang dilengkapi senjata berat, termasuk tank dan artileri, untuk operasi ofensif maupun defensif.

    3. Loyalitas dan Komando

    Nation’s Shield secara resmi berada di bawah Presidential Leadership Council (PLC), mirip dengan Kostrad yang berada di bawah komando langsung Panglima TNI. Namun karena kondisi politik Yaman, loyalitas pasukan bisa dipengaruhi oleh aliansi lokal dan dukungan Arab Saudi, sementara Kostrad relatif lebih stabil dalam hal komando dan birokrasi.

    4. Kemampuan Respon Cepat

    Nation’s Shield mampu bergerak cepat ke wilayah yang rawan konflik, mengambil alih posisi strategis jika pasukan lain mundur, dan menjaga jalur logistik. Fungsi ini mirip dengan kemampuan Kostrad sebagai pasukan mobil cepat untuk merespon ancaman darat di wilayah strategis Indonesia.

    5. Fokus Geografis vs Nasional

    Perbedaan utama adalah bahwa Nation’s Shield lebih fokus pada wilayah selatan Yaman, terutama Hadramaut dan Mahra, dan bersinggungan dengan konflik internal lokal (STC vs PLC vs Houthi). Kostrad beroperasi di seluruh Indonesia dan berperan dalam konteks nasional, bukan sebagai pasukan semi-regional atau lokal.

    Jadi secara esensial, Nation’s Shield bisa dianggap sebagai “Kostrad versi Yaman Selatan”, yaitu pasukan elit semi-mandiri yang memiliki kapasitas tempur tinggi, kemampuan respon cepat, dan peran strategis untuk menjaga stabilitas wilayah penting, tetapi dengan dinamika politik lokal yang jauh lebih kompleks.

    Tidak ada komentar

    Post Top Ad

    Post Bottom Ad